Sabtu, 28 November 2015

Kisah sebuah Mangkuk Kayu


Muslimahdaily - Seorang pria yang telah renta pergi ke rumah puteranya yang sudah berkeluarga dan tinggal di sana bersamanya serta menantu dan cucu laki-laki berusia lima tahun. Kedua tangan pria itu sudah gemetaran, matanya telah mengabur, dan langkahnya kakinya terseok-seok.

Keluarga itu makan bersama di meja makan. Karena tangan si kakek gemetaran dan sukar melihat membuat ia kesulitan makan. Kacang polong di sendoknya berjatuhan dan menggelinding di lantai.

Saat ia memegang gelas, susu di dalamnya pun tumpah mengotori taplak meja. Anak dan menantu perempuannya itu menjadi jengkel dengan kekacauan yang ia perbuat.

“Kita harus melakukan sesuat untuk ayah,” kata anaknya itu. Cukup sudah ia menumpahkan susu, makan dengan berisik, mengotori lantai dengan remah makanan.”

Jadi, suami istri itu menempatkan sebuah meja kecil di pojokan rumah. Di sana si kakek makan sendirian sementara keluarga itu menikmati makan malam di meja makan. Karena si kakek telah memecahkan dua atau tiga piring, makanannya disajikan dalam mangkuk kayu.

Saat keluarga itu memandang sekilas ke arahnya, kadang terlihat si kakek menangis duduk sendirian. Terngiang di telinganya teguran tajam ditujukan padanya saat menjatuhkan sendok atau menumpahkan makanan.

Sang cucu yang masih kecil mengamati semua dalam diam. Pada suatu hari ketika makan malam tiba, si ayah memperhatikan puteranya sedang bermain pahatan kayu. Dia pun menanyainya dengan lembut,

“Apa yang sedang kau buat, Nak?”

Bocah kecil itu menjawabnya dengan lembut juga,

“Oh, aku sedang membuat mangkuk kecil untuk ayah dan ibu untuk tempat makan kalian kalau aku sudah besar nanti”

bocah kecil itu tersenyum dan terus bekerja. Perkataannya seakan menusuk sehingga kedua suami istri itu tak bisa berkata-kata. Air mata mulai membasahi pipi mereka. Meskipun tak ada kata yang diucapkan, keduanya tahu apa yang harus mereka lakukan.

Malam itu juga laki-laki itu membimbing tangan si kakek dan dengan lembut membawanya kembali ke meja makan keluarga. Untuk seterusnya sepanjang sisa hidupnya, kakek itu makan bersama keluarganya. Suami istri itu tidak lagi peduli saat sendok jatuh, susu tumpah, atau taplak meja kotor.

Dan Kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman : 14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar